Sadarkah kita akan takdir kita? Tahukah apa yang akan menjadi masa depan kita? Dan apakah kita akan tahu apa yang akan kita tuliskan di masa depan kita? Pernahkah kita merenung dan memikirkan tentang ini?
Suatu hari kita akan
mengalami mati ide. Tidak tahu apa yang harus dituliskan dan cerita apa yang
akan dirangkai. Kita akan merasa kesal karena buntu. Namun di saat itulah
seharusnya kita melepaskan sejenak jari-jari kita untuk menguntai kata dan
kalimat. Biarkan kita beristirahat sejenak dari setiap rutinitas kita di depan
layar untuk mengayunkan jemari menjadi sebuah kisah. Karena sesungguhnya Tuhan
sedang mengistirahatkan kita sejenak sebagai seorang penulis.
Tuhan telah menyiapkan sekian banyak kisah yang tidak
terhingga, telah diputuskanNya siapa akan menulis apa. Jadi kenapa harus
takut kalau kita tidak akan bisa menulis. Dunia menulis
terlalu rumit, terlalu kompleks dan terlalu sederhana untuk dimengerti.
Milyaran orang di luar sana berlomba-lomba menuliskan apa saja yang memang
sesungguhnya telah menjadi bagiannya.
Tapi apakah dunia
menulis adalah sebuah arena lomba? Siapa pun, di mana pun, kapan pun, setiap
orang berhak menuliskan apa saja yang ingin dituliskannya. Kita tidak berhak
melarang bahkan ketika tulisan tersebut asusila. Namun tetap menulis harus
memiliki norma. Tidak bisa juga kita sembarang menulis hanya karna ingin
memuaskan diri kita akan hasrat menulis. Kecuali tulisan anorma tersebut adalah
tulisan pribadi yang bukan untuk dikonsumsi massa.
Namun renungkanlah
kawan, Tuhan-lah yang memilih siapa menuliskan apa dan pada saat apa. Tidak
perlu kau takut untuk menuliskan apa yang ada dalam pikiranmu, tidak perlu
berfikiran bahwa penerbit tidak akan menyukainya, tuliskan saja apa yang ada di
pikiranmu. Tuliskan dan biarkan dirimu tenggelam hingga milyaran meter
dalamnya. Galilah triliyunan kata.
Rangkaikanlah jutaan
kalimat ke dalam apa yang ingin kamu tuliskan. Karena memang sesungguhnya Tuhan
telah memilihmu untuk menuliskannya. Tidak usah khawatir tulisanmu jelek. Bila
pendapat orang jelek, kamu pasti bisa memperbaikinya, karena sesungguhnya
tenggat waktu adalah permainan manusia, tidak akan pernah habis waktu jika kamu
ingin memperbaiki tulisanmu, kecuali Tuhan yang mengambil waktu itu darimu.
Dan ketika Tuhan
memilihmu untuk menuliskannya, bersyukurlah bahwa kamu telah menjadi satu dari
sekian banyak manusia pilihanNya untuk menyampaikan sebuah pesan ke dunia ini.
Nikmatilah kebahagiaanmu dan rayakanlah keberhasilanmu itu dangan membagi
syukur dengan orang-orang di sekitarmu, yang memuji maupun yang mengkritikmu. Dan banggalah selalu pada dirimu karena
telah menjadi orang pilihanNya.
Buat saudaraku Wiyanto, Endang, Febi, Fahmi, Andra, Umi Hajar, Kembalilah menulis membela
yang benar. Bukan Membela yang bayar! Apakah sudah surut idealisme mu meneliti
dan berpikir jernih? Atau ente memang niat mempertahankan interpretasi dan melupakan catatan histori buat melayani nafsu
setan Asbirin Maulana. Teliti kembali langkahmu. Sebelum terlambat!!.