Tuesday, January 7, 2014
Dayat Cs Teroris Generasi Baru, Sewa Rumah untuk Belajar Rakit Bom
Jakarta - Generasi teroris terus tumbuh. Mereka terus muncul bahkan usianya masih relatif muda. Diduga pengkaderan generasi teroris terus dilakukan. “Lewat keluarga, lewat sekolah,” kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai, Kamis.
Menurut Ansyaad segala cara dilakukan kelompok teroris demi merekrut anggota baru dan menyebarkan paham mereka. Termasuk lewat jaring media sosial. “Ada juga yang gunakan itu. Tapi pola kaderisasinya sama. Menanamkan ideologi radikal, kebencian, dan permusuhan terhadap negara,” imbuhnya.
Ansyaad menjelaskan, target para pelaku teror itu tak hanya polisi atau vihara, tetapi sesuatu yang dianggap musuh dan menghalangi tujuan mereka. “Karena bagi mereka, siapa saja yang dianggap tak se-ide dengan mereka, dianggap musuh,” tutupnya.
BNPT menyebut kelompok Dayat Kacamata Cs sebagai teroris generasi baru. Kelompok ini dilumpuhkan Densus 88 di sebuah kontrakan di Ciputat. “Sudah dijelaskan sama Mabes Polri betul itu. Terduga itu adalah pasal yang dikembang-kembangin, ini ya teroris bukan terduga,” ujar Ansyad.
Menurutnya kelompok Dayat Kacamata merupakan pecahan kelompok kecil dari pelaku teroris terdahulu. Bahkan di balik itu masih terdapat jaringan baru.
“Bisa, tapi tidak semuanya murni baru. Teroris sekarang beroperasi dibanyak tempat banyak dengan nama yang berbeda mereka sebenarnya, terangkai pada jaringan besar dengan tujuan dan target yang sama. Hanya namanya saja beda-beda untuk mengelabui,” tuturnya.
Mbai mengatakan anggota kelompok teroris bisa tetap bertahan meski anggota lainnya sudah ditangkap polisi. “Dari Filipina datang Umar Patek. Kemudian muncul satu ide kayak reuni lagi latihan di Aceh setelah ketahuan disergap diobrak-abrik, ada tewas, ada juga yang lolos. Yang lolos ini beroperasi lagi seperti di Jawa Tengah Klaten,” tuturnya.
Selang beberapa lama kemudian, Ia melihat kelompok NII (Negara Islam Indonesia) yang dipimpun Abu Roban Kodrat kembali muncul. Mereka menamakan kelompoknya sebagai Mujahidin Indonesia Barat.
“Mereka menjadikan Poso sebagai pusat pelatihan untuk membentuk mujahidin Indonesia timur. Mereka pun masih terkait di Poso meskipun orang-orang bukan dari Poso tetapi dari mana-mana,” ungkapnya.
Saat ditanya mengenai adanya protes soal penembakan 6 terduga teroris di Ciputat, Mbai mengatakan hal itu merupakah sesuatu yang biasa. “Protes hal biasa, masa mau kita ikutin protes itu. Sudah jelas teroris, cuma kita saja yang suka pake bahasanya begitu pakai-pakai terduga,” ungkapnya.
Dayat Kacamata Cs juga tak sembarang memilih lokasi di Ciputat. Lokasi yang di dekat hutan bambu dan dikelilingi persawahan amat pas untuk lokasi pelatihan. Kelompok Dayat ini memang tengah belajar membuat bom. “Lokasi itu tempat untuk membuat bom dan belajar membuat bom,” bisik sumber di kepolisian yang enggan disebutkan namanya.
Sudah dua bulan lebih Dayat Cs menetap di rumah kontrakan Ibu Zainab itu. Mereka menyewa 3 kamar di kontrakan itu. Ada 6 orang yang mendiami kontrakan itu. Dayat Kacamata Cs ini mencari dana lewat merampok bank. Aksi terakhir mereka merampok Bank BRI di Tangerang dan menggondol uang senilai Rp 500 juta.
“Salah satu bom ditinggalkan kelompok ini di Warteg di Tangerang setelah aksi fa’i merampok bank,” bisik petugas itu.
Sejumlah rangkaian pemboman sudah dilakukan kelompok ini. “Ledakan bom Vihara Ekayana, bom Polsek Rajapolah, ledakan Tambora, Beji, dan Bojonggede,” terang petugas itu. (dtx)
sama persis dengan jamaah al yaklu yang kontrakannya sering dirolling antar jamaah agar